Hidup Adalah Perjuangan Hanya Menjalankan Takdir Yakin pasti bisa Lihat Saja Di Masa Depan

Pendidikan

Naskah Drama PERBEDAAN PERSEPSI ORANGTUA DAN GURU

Naskah Drama Perbedaan Persepsi Orang tua dan Guru Bel penanda jam pelajaran berganti telah berbunyi menunjukkan waktu olahraga dimulai. Mata Ustaz Slamet terpaku pada seorang siswa bernama Rey. Rey memainkan bola dengan sangat bagus, Ustaz pun berfikir untuk merekrut Rey untuk bergabung bersama timnya, yang mengikuti turnamen sepak bola. Tetapi terjadi suatu permasalahan. Ustaz : “Reyhan, kamu mainnya bagus sekali?” kata Ustaz dengan kagum Rey : “Terima kasih, Ustaz, mungkin bakat dari lahir, hehee” Ustaz :“Kamu mau gabung tim Ustaz nggak?” Rey :“Waaaaah boleh Ustaz tapi saya izin Papa dulu. Soalnya saya dilarang bermain bola oleh Papa.” Ustaz :“Lohh, kenapa? Sayang sekali kan, permainan kamu sangat bagus” Rey :“Masalahnya tidak boleh Ustaz, katanya takut kalau saya cidera saat bermain atau bahkan terjadi hal yang tidak di inginkan.” Ustaz :”Iya sih orangtua pasti berpikir seperti itu. Yaudah nanti coba aja dulu izin, siapa tau diizinkan, kalau masih tidak boleh nanti Ustaz yang bicara ke Papamu.” Rey :”Siap Ustaz, ” Jam menunjukkan pukul 16.00 WIB waktunya siswa untuk pulang. Rey yang sembari tadi tak sabar segera pulang, langsung bergegas pulang untuk meminta izin kepada Papanya. Rey : “Assalamualaikum Pah, sedang apa Pah?.” Papa :” Waalaikumsalam, ini sedang santai sambil minum kopi, Papa kan suka banget sama kopi, hampir setiap pagi, siang, sore dan malam selalu minum kopi” Rey :“ Oh iya, Pah. Aku mau bicara sesuatu” Papa :“ Bicara saja rey, Papa akan mendengarkan pembicaraan kamu, kaya nggak tau Papa aja, kamu ini” Rey :“Hehee, iya yaa” Papa: “Silahkan mau bicara apa?.” Rey :”Papa, tadi aku di sekolah ditawari masuk tim inti sepak bola oleh Ustaz boleh nggak?” Papa :”Ustaz siapa?.” Duduk dan Sambil meminum kopi Rey :”Ustaz Slamet, Pah” Papa :”Itu dalam acara apa?. Sampai di ajak ikut gabung tim sekolahan?.” Rey :” Turnamen internasional Cup, antar sekolah Pah” Papa : “ Kapan turnamen itu Rey?.” Rey :” Turnamennya akan berlangsung 2 minggu lagi Pah” Papa ;” Oalah 2 minggu lagi ya” (papa rey beranjak dari meja tempat ngopinya, dan menghadap ke jendela rumah). Bukannya Papa melarang, hanya saja Papa takut terjadi apa-apa dengan kamu. Rey :”Loh pa, kenapa? Mamah kan nggak ngelarang, kemaren malah Rey di belikan bola sama sepatu, bahkan kemaren Mama bilang kalau misalkan Rey peringkat satu di kelas, Rey akan diajak ke Spanyol nonton Barcelona.” Papa :” Papa sudah bilang kan sepakbola itu permainan keras. Kalau kamu celaka gimana?” Rey :”Yaudah pa kalo gitu besok Rey bilang Ustaz kalau enggak boleh.”(Jawab Rey dengan muka lesu). Keesokan harinya Rey melihat Ustaz sedang berjalan sambil membawa laptop dan Rey lapor kepada Ustaz Slamet bahwa Rey dilarang untuk mengikuti tim sepakbola. Rey :”Ustaz, Re dilarang sama Papa.” Rey mencium tangan Ustaz Ustaz :”Kamu udah izin beneran?” Rey :”Sudah Ustaz, tapi tetep nggak boleh.” Ustaz :”Yaudah nanti Ustaz temui orangtua kamu, Ustaz yang mintakan izin.” Rey :”Waaah terimakasih ustaz.” Rembulan tlah mendeportasi mentari, gelap telah menyelimuti akan tetapi semangat dan rasa optimis ustaz untuk Rey bergabung tim inti masih berkobar bak api abadi. Ustaz :”Assalamualaikum pak.” Papa :”Waalaikum salam, eh ada pak Ustaz, silahkan duduk Ustaz” Ustaz :”Iya, terimakasih pak.” Papa ;”Sendiri saja Ustaz, istrinya nggak di ajak sekalian” Ustaz :”Iya pak, kasihan istri saya di rumah sedang bermain sama anak-anak, terpaksa saya tinggal, mungkin sekarang sudah tertidur pulas” Papa :”Iya juga Ustaz, anak kecil memang begitu” Ustaz :”Bagaimana kabarnya Bapak dan sekeluarga?.” Papa :” Alhamdullillah baik Ustaz, seperti biasa badan masih kelihatan segar gini kan, biasa saya ngopi setiap hari, Ustaz suka kopi tidak?.” Ustaz :”Lumayan suka, Pak” Papa :”Bentar ya saya panggilkan Rey. Rey... tolong buatkan kopi untuk Ustaz Slamet” Rey :”Iya pa sebentar saya buatkan.( Jawab Rey yang sedang berada di belakang rumah) Tak lama kopi pun datang Papa Rey dan Ustaz meminum kopi bersama-sama. Papa :”Ngomong-ngomong ada perlu apa ustaz malam-malam kesini? Terakhir kali 1 tahun yang lalu berkunjung ke rumah saya” Ustaz :”Iya pak, hanya saja ingin berkunjung, dan kedatangan saya kesini ingin membicarakan anak bapak, saya melihat anak bapak mempunyai bakat bermain sepak bola yang sangat bagus yang dimiliki Rey saya tertarik untuk merekrutnya menjadi pemain inti di tim sekolah kami” Papa :”Maaf sebelumnya Ustaz, bukannya melarang akan tetapi saya tidak yakin untuk mengizinkan karena saya takut ada apa-apa, soalnya Rey juga masih tanggung jawab saya.” Ustaz :”Betul pak, ini tanggung jawab bapak tetapi anak bapak ini juga memliki hobi kita harus bisa mengembangkan hobi tersebut agar bermanfaat untuk Rey sendiri.” Papa :”Lihat foto Rey ini waktu kecil, dia bercita-cita menjadi dokter”(memperlihatkaan foto Rey waktu kecil yang bercita-cita menjadi dokter) Ustaz :”Ini foto Rey pak?.” Tanya Ustaz Papa :”Iya , jika dia masih bermain sepak bola atau bahkan menjadi pemain sepak bola nanti cita-citanya tidak akan tercapai” Ustaz :”Pak, cita-ccita itu bisa di rubah, lagi pula sekarang bukan menjadi acuan dalam bercita-cita. Banyak sekali orang bercita-cita tinggi tapi akhirnya malah bekerja di lain hal, yang sebelumnya tak di pikirkan” Papa :”Bagaiama jika sampai cedera serius dalam bermain sepak bola” Ustaz :”Tenang saja pak” Papa :”Lalu jaminannya apa yang memastikan kalau tidak akan terjadi hal buruk pada Rey.” Ustaz :”Pasti kami jamin aman pak, kami telah mempersiapkan berbagai fasilitas salah satunya tim medis untuk pertolongan pertama jika terjadi apa-apa.” Papa :”Beneran kan? Soalnya bapak tahu sendiri Rey anak satu-satunya dan saya menanti Rey dengan sangat lama. Saya tidak mau terjadi hal buruk sedikitpun pada Rey.” Ustaz :”Iya pak, saya jamin Rey pasti aman.” Papa :”Kalau seperti itu Rey saya izinkan.” Ustaz :”Waaah terimakasih pak.” Papa :”Sama-sama Ustaz.” Akhirnya Rey bisa bergabung dengan tim inti SMA untuk mengikuti turnamen sepak bola. Bersambung Sebagai orang tua kita harus mendukung cita-cita anak-anaknya dan jangan terlalu mengekang karena anak mempunyai jalan hidup sendiri. Tetapi masih hormat dan patuh kepada orang tuanya.
Share: Biant Scout

Tokoh pendidikan ilmu dan akidah fikih

PENDIDIKAN ILMU SYAR’I IMAM SYAFI’I 1. Defenisi Ilmu menurut Imam Syafi’i Perlu diketahui bahwa setiap ilmu yang dipuji oleh dalil-dalil al-Qur’an dan al-hadits maksudnya adalah ilmu agama, ilmu al-Qur’an dan Sunnah. Biarpun seperti itu, kita tidak mengingkari ilmu-ilmu dunia seperti kedokteran, arsitektur, pertanian, perekonomian, dan sebagainya;karna ilmu semacam itu sangat berkaitan dengan ilmu agama, akan tetapi, ini bukanlah ilmu yang dimaksud dalam dalil-dalil tersebut, dan hukumnya tergantung pada tujuannya. Apabila ilmu-ilmu dunia tersebut digunakan dalam ketaatan maka baik, dan bila digunakan dalam kejelekan maka jelek.. 2. Keutamaan Ilmu Menurut Imam Syafi’i a. Ilmu adalah sebab kebaikan di dunia dan akhirat. b. Ilmu sebagai benteng dari syubhat dan fitnah. c. Ilmu adalah amalan yang paling utama. d. Menuntut ilmu lebih utama daripada ibadah sunnah. 3. Semangat Imam Syafi’i dalam Menuntut Ilmu a. Semangat beliau dalam menuntut ilmu. .b Tawadhu’nya Imam Syafi’i, c. Keyakinan Imam Syafi’i bahwa setiap bidang itu harus diserahkan kepada ahli 4. Kunci-Kunci Ilmu Menurut Imam Syafi’i Imam Syafi’i berkata: “Maka hendaknya bagi para penuntut ilmu untuk: a. Mencurahkan tenaganya dalam memperbanyak ilmu,jangan pernah menyerah dengan menuntut ilmu walaupun banyak menguras tenaga b. Bersabar menghadapi tantangan dalam menuntut ilmu. c. Mengikhlaskan niat karena Allah untuk menggapai ilmunya secara nash ataupun istinbath (menggali hukum) d. Berdo’a mengharapkan pertolongan Allah, karena tidak mungkin meraih kebaikan kecuali dengan pertolongan-Nya.” Imam Syafi’i sangat menekankan ilmu dengar dan perbuatan. Itulah kunci-kunci dalam menuntut ilmu menurut As-Syafi’i. C. PEMIKIRAN IMAM SYAFI’I TENTANG PENDIDIKAN ISLAM 1. Pemikiran pendidikan islam menurut Imam Syafi’i Imam Syafi’i adalah seorang ulama yang sangat bersemangat dalam menuntut ilmu. beliau mendefinisikan ilmu sebagai Setiap ilmu selain al-Qur’an adalah menyibukkan Kecuali hadits dan fiqih dalam agama. Ilmu adalah yang terdapat di dalamnya Haddatsana (hadits) Selain itu adalah waswas setan. Imam syafi’i sangat memberikan kontribusi yang sangat besar akan hal ini karena baginya ilmu adalah sebab dari kebahagiian didunia maupun di akhirat hal ini senaada dengan perkataannya “Barang siapa yang menghendaki dunia, maka hendaknya dia berilmu. Dan barang siapa yang menghendaki akhirat, maka hendaknya dia berilmu. Dan barang siapa yang menghendaki dunia akhirat, maka hendaknya dia berilmu.” Hal ini dikuatkan dengan sabda nabi muhammad saw. ““Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan maka Allah akan faqihkan ia dalam agama-Nya.”
Share: Biant Scout

Ki Hajar Dewantara Oleh Lesbianto

Keteladanan Seorang penggerak Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889.Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Dia ber¬asal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ki Hajar Dewantara. Dialah tokoh dan pelopor pendidikan pada masa pergerakan Indonesia melawan penjajah Belanda.. Kiprah dan aktivitas Ki Hajar Dewantara dalam mendirikan dan mengembangkan sekolah Taman Siswa mulai 1922. Kemudian menjadi titik pijak peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas setiap 2 Mei. Dia juga terkenal dengan semboyan Tut Wuri Handayani yang teks aslinya berbunyi ” Ing Ngarsa Sung Tulada, dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan). Ing Madya Mangun Karsa, di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide).Tut Wuri Handayani”. dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan). Konsep Tripusat Pendidikan Dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan yang efektif untuk membangun manusia seutuhnya , beliau mengembangkan kerja sama antara pranata-pranata kebudayaan di sekeliling kita, yaitu : 1. Pranata keluarga. 2. Pranata sekolah. 3. Pranata masyarakat. Disebut dengan konsep tripusat pendidikan. Aktif Berorganisasi Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, dia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada 1908, dia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu. Terutama mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, dia mendirikan Indische Partij. Partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia itu berdiri pada 25 Desember 1912 dengan tujuan mencapai Indonesia merdeka. Setelah zaman kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (Bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan “Hari Pendidikan Nasional”, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada 1957. Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, dia meninggal dunia pada 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Perjuangan dan langkah Ki Hajar Dewantara harus menjadi inspirasi bagi kaum muda saat ini.
Share: Biant Scout

Pantun

Waktu lapar pasti makan makannya tidak menunggu malam agar doamu terkabulkan tahajjudlah di sepertiga malam
Share: Biant Scout

puisi HGN 2018

Lentera Baru Karya Biant Dulu, Aku Pernah Bermimpi... Ada Lentera Yang Usang, Terbengkalai, Tak Berarti Lentera Itu Tak Bermakna... Ya... Mungkin. Hanya Sebuah Hiasan Belaka Memang Itu Hnaya Sebuah Imanjinasi Ku Berjalan Melintasi Waktu Di Tengah-Tengah Hati Yang Sendu Tapi, Sekarang Beda... Ini Cahaya Baru... Kau Menghampiriku, Entah Datang Dari Mana?... Ujung Waktu Mana?... Aku Tak Tahu... Datang Secara Tiba-Tiba, Ini Kebetulan Atau Rencana? Entah... Berharap Lentera Itu Abadi Seperti Halnya Api Suci Yang Memberikan Cahaya Sempurna Seperti Halnya Mentari... Yang Menyejukkan Flora Seperti Halnya Bulan... Menyinari Kegelapan Malam Seperti Halnya Bintang... Berkelap-Kelip Bertebaran Tetapi, Lentera Ini Tak Kalah Indah Dengan Kesederhanaan Memancarkan Cahaya Pijaran Yang Terang Menyelimuti Alam Pikiran 21 Nov 2018 Surabaya
Share: Biant Scout

puisi pendidikan

JIWA PELAJAR Terhempas kerasnya alam Di tengah hingar-bingar kehidupan Aku bertanya Apa itu pelajar? Aku sadar Pelajar adalah titik cahaya Pelajar penyimpan ilmu Pelajar adalah penerus kehidupan Di tengah kerasnya tantangan Jiwa pelajar harus tetap berkobar Walaupun dunia ini kejam Tapi jangan salah Jiwa pelajar membara seperti jilatan api yang mencekam Menghadap sang pemilik hari pembalasan Semangat demi harapan yang melekat Angan-angan menggenggam cakrawala dunia Tonggak kehidupan Burung bernyanyi-nyanyi di sangkarnya Mendidik anaknya-anaknya Berkolaborasi dengan alam Hidup bebas lepas berterbangan Manusia berfoya-foya di club malam/kehidupan Melempar seluruh harata pemberian Tuhan Berkolaborasi dengan kemaksiatan Hidup bebas di alam yang fana Wawasan, pengetahuan, ketrampilan adalah makanan Membentuk suatu kepribadian Pendidikan adalah tonggak perbaikan Belajar adalah kewajiban Negeri ini terlalu rapuh Kehilangan penerus yang budiman Tingkatkan kehidupan dengan membuka lembaran Hingga negeri ini, terbang tinggi melayang di atas angan ILMU GILA Kehadiranmu memikat qalbu Di setiap ku membuka mata Kau terbayang di benakku Ingin rasanya selalu mendapatkanmu Tapi, kau terlalu gila Engkau menghiasi alam semesta Terlalu jauh di angkasa Mewarnai indahnya dunia Terlalu banyak kepribadianmu Sampai ku tak sanggup menggapaimu Di setiap ku menghembuskan nafas Sempat terpikir tuk berlalu Kau terlalu luas Tapi isyarat hatiku mengatakan “Kan ku ikat dirimu di memoriku” PENGHANTAR KEHIDUPAN Ku berjalan melewati derasnya zaman Ku angkat kakiku perlahan Hingga berhenti di titik terang Yang menghiasi pikiran Ku buka halaman demi halaman Ku baca dalam renungan terdalam BUKU, sebuah cahaya pengubah Menghantar ke titik tujuan Di roda kehidupan Yang penuh dengan fana SENJA BIRU Dikala senja menghampiri Garis-garis merah memancar Siratan cahaya di atas awan Menaburi seluruh alam Senja, kau datang meninggalkan terang Menjelang malam, yang mencekam Kau pergi Membuatku tak tenang Sendiri sepi di sini Aku biru, awan yang selalu merindukanmu Menjalani hidup dari sang ilahi Menerima tanpa pasti Tenda Penghibur segala lara Peneduh segala duka Kokoh berdiri sendiri Terpatri dalam mimpi-mimpi Tiga dimensi terpancar janji Tri Satya Tenda, dengarkankanlah curhatku Tentang rasaku Tak bisa kulukiskan Takbisa ku ungkapkan Ajari aku sepertimu Tetap berdiri walau badai menghadang Hujan menerjang Tetap berdiri pada pendirian Tenda biru Waktu mengalun menjauh Rasa pergi ke laut biru Angin berhembus tipis masuk ke relung rusuk Mengisyaratkan sebuah cerita Dikala derasnya amarah dan kebencian Menerima cacian, penghianatan Aku ingin, Seperti tenda, diam termenung Sendiri sepi tetap berdiri Pada keyakinan PANORAMA SENJA Waktu semakin berlalu Panorama senja
Share: Biant Scout

sahabat dalam perjuangan

Senang Susah Tetap Sahabat Di malam yang hening ini, terbisik-bisik suara jangkrik yang bersautan. Udara yang berhembus sejuk dan dingin masuk kedalam tulang rusuk. Semaikin larut malam semakin sunyi, pandanganku pun mulai pudar, mataku pun perlahan meredup kehilangan cahayanya dan tanpa sadar aku tertidur pulas di atas kasur yang empuk ini. Esok hari, 4 Oktober 2017 Terlihat mentari dari ufuk timur mulai menampakkan diri. Aku bangun pagi dengan pikiran masih belum sadar, mataku kupaksakan melihat indahnya dinia ini, kakiku ku angkat untuk berdiri segera mengambil air wudlu dan melaksanakan Salat subuh. Tak lam aku teringat sebuah tantangan menanti hadirnya diriku dan kawan-kawan, sebuah perjuangan demi meraih harapan, harapan yang terbesit di dalam hati yang ingin ku patahakan demi meraih angan angan. Berawal dari ketidak kesengajaan berakhir menjadi hobi dan kesenangan. Disinilah aku menemukan kepribadianku yang hampir hilang dan disinilah aku menemukan arti kehidupan. Aku seorang anak Pramuka sejati Ambalan Bung Hatta Sman 1 Jepon, selayaknya sang proklamator Bung Hatta aku adalah pemuda yang berdedikasi untuk bangsa dan Negara Indonesia, aku akan melakukan penempuhan SKK (Syarat Kecakapan Khusus), yang merupakan salah satu syarat menjadi pramuka Penegak Laksana. Aku laksanakan bersama kawan-kawan selama 3 hari 2 malam. Demi menunaikan tugas yang kami emban kami lakukan dengan semangat juang. Aku berada di tim 1 bersama Aziz, Yudhi, Pandu dan Teguh. Dan satu tim lain, tim 2 yaitu Yongki, Bayu, Veris, Ade dan Satmoko. Jam menunjukkan pukul 07;00 WIB. Matahari bersinar sangat terang tanpa hadirnya wan yang menyelimuti. Petualanangan akan kami mulai. “Semuanya berkumpul.” Suara lantang dari Pembinaku. Kami pun datang dan cepat berbaris rapi. Pembinaku adalah guru favoritku, orangnya tidak terlalu tinggi, sangat baik dan perhatian, namanya Pak Linarto yang merupakan lulusan sarjana computer. Beliau selalu memberian kata kata motivasi untuk kami semua “ Assalamualaiakum wr.wb.” Salam dari sang motivator “ Waalaikumsalam wr wb.” Jawab kami serentak “ Bagaimana semua sudah siap.” Tanya Pak Linarto “ Siap pak.” Kami jawab dengan keras dan serentak. “ Semua pembekalan sudah dibawa?” Tanya Pak Linarto “ Sudah pak, Tanpa bekal kami masih bisa bertahan hidup walaupun tanpa pembekalan, hanya mengandalkan alam, layaknya seorang perajurit bangsa yang tetap bertahan demi mempertahankan bangsanya walaupun menderita, lagi pula kami anak pramuka.” Jawab bayu dengan keras. “ Baik, bawa panji merah putih ini dan kibarkan di pengembaraanmu.” Amanah dari Pak Linarto “ Baik demi merah putih kami berjanji akan menjaganya.” Jawab kami serentak Pukul 07;12 WIB Kami pun berpamitan dan memulai petualangan menjelajahi negeri ini. Timku berjalan ke arah barat dan tim Yongki berjalan ke arah timur. Satu jam kemudian kami melewati sebuah kota, kota itu lumayan ramai apalagi kota itu menjadi pusat perekonomiannya. Kami berjalan di dengan masing - masing membawa tongkat yang merupakan senjata dari seorang anak pramuka. Kamipun sampai di kantor kedinasan dari kota itu, kami duduk sambil meneguk sebotol air mineral, yang melepaskan rasa lelah kami. Tak lama kami melanjutkan perjalanan kembali. Matahari berada tepat diatas kepala kami, keringatku mulai bercucuran membasahi baju kami. Kami sampai di perkampungan , kampung itu dinamakan Kampung Samin, yang merupakan keturunan dari salah satu pahlawan asli dari Blora, tepatnya di Kecamatan Klopoduwur. Dahulu kala diceritakan kampung itu terdapat pohon kelapa yang sangat tinggi, oleh karena itu wilayah itu dinamakan Klopoduwur yang mengambil kata Kloponduwur yang artinya pohon kelapa tinggi. Pukul 03;00 WIB. Kami sampai di hutan, hutannya sangat rindang dan menjulang tinggi, tapi sangat sepi. Langit mulai mendung, tak lama turun hujan, Kami bingung mencari tempat teduh, dan kami memutuskan berteduh di bawah pohon. Beruntung barang barang kami tidak basah. Hujan reda kami melanjutkan perjalanan kembali, tak berselang lama hujan kembali turun dan lebih deras lagi. “ Ayo cepat cari tempat teduh.” Seru Aziz. “ Tidak ada tempat berteduh.” Jawab Yudhi singkat. “ Terus ini gimana, hujan bertambah lebat, langit pun hitam pekat, jika kita tetap disini kita akan kedinginan.” Kata Pandu. Akupun bergegas mengeluarkan pisau untuk menjari daun pohon jati untuk berteduh dan mengamankan barang bawaan kami. Daun itu aku jadikan payung tapi semua itu sia-sia hujan disertai angin dan membuat daun itu berterbangan “ Semuanya ikut aku, kita berteduh di bawah jembatan saja.” Yudhi memberi solusi kepada semuanya dan kebetulan bawah jembatan itu tanahnya kering. Hujan itu merupakan hujan pertama setelah kemarau panjang. Dan dibawah jembatan itu sangat bersih dari daun daun kering.” “ Yang benar saja, hujan kok berteduh dibawah jembatan, nanti terseret arus, walaupun hujan pertama, bukan tidak mungkin akan terjadi banjir bandang.” Jawabku. “ Tenang saja, hujan ini kan baru pertama, tidak banjir kok.” Kata Yudhi. Dan akhirnya kejadian itu terjadi. Tiba tiba air dari atas melaju begitu kencang, air itu menggulung gulung seperti ombak, alhasil Teguh terseret ombak dari air sungai itu, karena terseret air sungai, aku memegang tangannya “ Guh bertahan akan akan memegang tanganmu yang satu lagi.” Kataku “ Tolong cepat tanaganku sudah tidak kuat memegang lagi.” Pinta Teguh. Aku pun memegang tangannya, tapi tangan kanannya terlepas dari tanganku. “ Teguhhhh.” Teriak Yudhi. Karena Teguh adalah teman akrab Yudhi. Mereka berteman sudah lama dan kemana-mana selalu bersama. “ Semuanya cepat naik ke atas, air mulai naik lagi dan bertambah tinggi.” Aziz berteriak, semua disuruh ke atas. Aku, Yudhi dan Pandu segera naik ke atas. Dan berupaya mengejar arus yang telah membawa teguh. “ Semuanya ikut aku ,kita kejar teguh, kita temukan dia secepatnya, walaupun hujan deras.’ Aku mengajakan semuanya untuk mengejar teguh. “ Ayo kita telusuri sungai ini sampai hulu sekali pun, teguh harus kita temukan, bagaimana pun kita berangkat sama-sama dan pulang harus bersama.” Seruan Aziz. “ Teguhhhh dimana kamu.” Teriakku. Hujan tetap saja deras anginpun tiada henti. Kami kebingungan bagaimana lagi untuk mencari teguh. Kami berteriak memanggil Teguh. Kami tetap berjalan terus, dan aku teringat aku membawa senter. Aku keluarkan senter itu untuk penunjuk penerangan. Dan aku melihat pohon sangat tinggi, berdiameter 5 meter tingginya hampir 100 meter. “ Hey lihat itu pohon beneran apa tidak, tinggi sekali.“ Kata pandu Kami mulai mendekati pohon itu dengan rasa ketakuatan. Dan perlahan kami mengelilingi pohon itu. Tak disangka di balik pohon itu ada Teguh. “ Teguuhh, akhirnya kamu ketemu juga.” Tanya Aziz sambil memegang tangannya yang digin.” “ Tamu tidak apa-apa kan?.” Tanyaku “ Tidak apa-apa kok.” Jawab singkatnya Setelah kulihat dia tidak terjagi luka sedikitpun, dan itu mengherankan, pasalnya terseret arus itu akan terjadi goresan goresan di badannya. “ Keren kamu ya habis terseret arus tapi tidak luka sedikpun?.” Tanyaku lagi “ Tadi aku waktu terserah arus, aku mencoba renang dan kebetulan didekatku ada batang pohon pisang, secepat mungkin aku raih batang pisang itu.dan ku bawa ke pinggir sungai. Sampailah aku ke daratan. Dan aku melihat ada pohon ini , pohon yang sangat tinggi, aku pun mendekatinya, dak akhirnya kau sampai di bawah pohon yang tinggi ini.” Jawabnya. “ Alhamdulillah, Allah telah menolongmu, seperti yang di firmankan oleh Allah di dalam Alquran niscaya allah akan menolong hambanya yang berbunyi “ HASBUNALLAH WANI’MAL WAKIL NI’MAL MAULA WANI’MANNASIR.” Kataku kepadanya. Kami pun memutus membuat tenda di situ dan tertidur pulas. Pagi hari kami melanjutkan perjalanan kembali. “ Semuanya bangun, ayo kita melanjutkan perjalanan kembali?. Teriakku dengan keras “ Siap bos.” Jawab Aziz. Kami pun melanjutkan perjalanan kembali. Dengan menyanyi dan berteriak-teriak supaya lebih semangat kembali. Pukul 14.14 WIB. Hari ketiga akhirnya sampai di sekolah kebanggan. Kami disambut antusias oleh adik kelas yang telah menunggu 2 jam yang lalu. Semua ini membuat bangga tersendiri, tak lama kemudian sang motivator yaitu Pak Linarto menghampiri dan memberi ucapan selamat. Akhirnya perjuangan kami tercapai dengan kegemberiaan. Walaupun seperti pepatah, Berakit-rakit dahulu bersenang-senang kemudian.
Share: Biant Scout

TRAGEDI DI HUTAN BLORA

Tragedi di Hutan Blora
 Di sepertiga malam terakhir yang hening, sepi, semua orang tertidur lelap, hanya nyanyian Ayam Jago yang berirama merdu siap membangunkan setiap insang, aku bangun dari peristirahatanku dan mengambil air wudu untuk melaksanakan Salat Tahajjud yang penuh dengan keberkahan dari Allah SWT. Ku panjatkan untaian doa demi doa kepada Sang Khaliq dengan penuh khusyuk di dalam hati. Tak lama terdengar Azan Subuh aku langsung berangkat ke masjid tuk melaksanakan kewajiban setiap umat muslim yaitu Salat Subuh, yang pahalanya sangat banyak, lebih dicintai daripada dunia dan seisinya oleh Allah SWT, Salat wajib yang utama yang harus di kerjakan oleh umat islam dunia, karena salat merupakan tiang agama. Setelah Salat selesai aku pun pulang ke rumah. Kota kebanggaanku, disinilah tempatku pertama kali jerit tangisku terdengar ke telinga ibuku ini yaitu Blora, Jawa Tengah, termasuk dalam dataran tinggi di indonesia tak salah di waktu malam sangat dingin. Setelah Subuh hawanya masih saja dingin dan menusuk ke dalam relung sukmaku, tak lama akhirnya dari ufuk timur terlihat siratan berwarna merah berterbangan di atas awan, akhirnya sang surya muncul menerangi hidup ini, yang sebelumnya dingin perlahan hangat dan semakin hangat oleh hadirnya sang mentari. Burung-burungpun mulai bangun dari ngantuknya dan kerja mencari setitik makanan demi makanan, begitu pula dengan manusia terbangun dari tidurnya dan memulai aktivitasnya, ada yang pergi ke kantor, ada yang pergi ke sawah, ke ladang, semua itu adalah rutinitasnya manusia mencari rezeki demi rezeki untuk kebutuhan sehari-hari. Aku berangkat sekolah, aku berpamitan kepada ke dua orang tuaku dan meminta doa agar aku di beri kemudahan dalam belajar tuk menuntut ilmu, agar Allah meridhoiku, karena ridho Allah adalah dari ridho orang tua, oleh karena itu aku selalu menghormati orang tuaku dan selalu berbakti kepadanya. “Ibu, Satya berangkat sekolah ya, minta doanya, agar aku di beri kemudahan dalam menuntut imu” pinta doaku kepada Ibu. “Iya, ibu akan selau doaku kamu nak, sekolah yang pintar, jangan nakal-nakal, bahagiakan Ibumu ini!” kata Ibu dengan raut muka yang penuh dengan harap. Aku pun sedikit meneteskan air mata, tapi aku segera ku usap air mata itu, aku harus terlihat tegar di mata ibu, walaupun di hatiku tidak kuat. “Iya ibu, insyallah” Ucapku kepada Ibuku. Aku langsung berangkat sekolah, mengendarai motor bututku, aku menghampiri teman sahabat karibku, yaitu Satria. Teman sejak kecil, sekolah dari SD, SMP, hingga SMA ini selalu bersama-sama. “Satria, ayo berangkat sekolah!” kataku kepada Satria yang masih berada di dalam rumah sedang persiapan. Seperti biasa aku hanya menunggunya di jalan depan rumahnya. “Bentar, ini aku berpamitan dulu dengan orang tuaku” kata Satria yang belum memakai sepatu. Akhirnya Satria keluar dari rumahnya dan segera naik motorku dan kita berangkat bersama sama. “Lama amat, sih aku ada PR ini belum aku kerjakan” kataku dengan muka gak kesal. “Sorry namanya juga orang pasti ada telatnyalah” balasnya dengan muka tidak bersalah sedikitpun. “Masalahnya kamu itu selalu istiqomah dalam telat Satria, mungkin nanti aku di hukum Pak Tanto, gara-gara belum ngerjakan PR” “Sabar, tetap semangat, hahaa” Ucapnya. “Sialan, malah di ketawain” Balasku. Jam menunjukkan pukul 06.30. Dari kejauhan sekolah kami kelihatan, beruntung gerbang sekolah masih terbuka, kami pun langsung masuk. Setelah memarkirkan motor aku dan Satria masuk kelas masing-masing karena aku dan dia berbeda kelas. Aku langsung masuk ke kelas, di dalam kelas sudah ramai, banyak yang ngerjakan PR semua, memang aneh, PR di kerjakan di sekolah, seperti tradisi, padahal dari katanya sudah jelas, bahwa PR adalah pekerjaan rumah, tapi banyak salah di artikan menjadi pekerjaan sekolah, mungkin karena tidak bisa mengerjakan sendiri-sendiri. “Assalamualaikum teman-teman” ucapku kepada teman sekelas. “Waalaikumsalam Satya” jawab salamnya. “Aku boleh gabung nggak, aku belum selesai mengerjakan PR” Pintaku kepad teman-teman agaraku bisa selesai mengerjakan. “Ayooo, gabung cepetan biar nggak di suruh keluar kelas oleh Pak Tanto” kata Laksana temanku yang berasal dari Tanah Sumatra yaitu Lampung. Aku langsung menulis jawaban dari teman-teman dan akhirnya selesai juga. Jam3.30 sore sekolah pun selesai aku dan Satriapun pulang. Tiba-tiba Satria mendapatkan info tentang lomba. “Satya, ini ada berita baru yaitu membuat artikel tempat wisata dan kuliner daerah masing-masing, pemenang akan mendapatkan sertifikat dan uang pembinaan, dan masih banyak lagi hadiahnya, ayo kita ikut lomba ini, gimana, untung kan daerah kita tempatnya bagus bagus tidak kalah dengan daerah lain” kata Laksana “Ayoo kita ikut, Blora kan tempatnya bagus-bagus banyak sekali obyek wisata, diantaranya Waduk Tempuran, Goa Terawang, Waduk Greneng atau Cemara Pitu, Bukit Pencu, Gunung Manggir, Sayuran, Waduk Bentolo, dan masih banyak lagi, sekarang sudah berkembang pesat, dan tempat wisata sangat banyak sekali” jawabku dengan penuh antusias. “Jadi setuju ini” kata Laksana “Sangat setuju, ayo kita atur waktunya untuk observasi tempat-tempat wisata kota kita” jawabku. “Nanti kamu WA aku ya! ehh sabtu minggu gimana, kan kita nggak sekolah, sekolah kita sudah Fullday”ucapnya. “Sippp, ide bagus, sekalian refresing jalan-jalan” kataku dengan bahagia. Akhirnya kita sepakat akan mengikuti lomba membuat artikel tentang tempat wisata dan kuliner daerah masing-masing. Keesokan harinya kami berangkat ke tempat wisata yang akan menjadi obyek pembuatan artikel kami untuk lomba. Kami pergi ke Gua Terawang atau Gua Srawang merupakan objek wisata alam di Kecamatan Kecamatan Todanan, Desa Kedungwungu, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Gua ini terbentuk di daerah endapan batu gamping Pegunungan Kapur Utara. Terletak di kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Blora, sekitar 35 kilometer arah barat Kota Blora. Yang menjadi tempat wisata di tanah sana. Kami sampai melewati Alun-alun kota Blora yang menjadi kebangganku, dan satu jam perjalan kami sampai di Goa Terawang “Lak, artikelnya harus ada fotonya kan?” Kataku “Iya harus ada fotonya sebagai tanda bukti” jawabnya “Foto aku dong” Pintaku karena dia membawa karena DSLR, yang hasil fotonya keren. “Kamu naik batu itu aja” Kata laksana yang mencarikan tempat yang cocok untuk foto. Akupun difoto laksana, kamipun bergantian foto. Ada satu foto bagus yang akan kami gunakan bukti untuk artikel, hasilnya sangat keren. Setelah satu jam kamipun menuju ke tempat lain yaitu Gunung Manggir berada pada ketinggian 250 mdpl dan memiliki luas 4 hektar. Gunung Manggir ini merupakan wisata alam yang berada di perbukitan kapur.. Goa wisata Manggir menawarkan keindahan perbukitan kapur yang diselimuti pepohonan yang banyak diminati para wisatawan. Goa dan sedang yang berada di gunung Manggir ini memiliki air yang alami dan bersih. Objek wisata alam ini berada di Perbukitan Manggir, Desa Ngumbul, Kecamatan todanan, Kabupaten Blora. Saat berada di atas akan berbeda karena akan melihat alam yang sangat luas, bisa melihat tempat tempat yang rendah dan hamparan daerah sekitar. Kami sampai di Bukit Magir tempat wisata Bukit Manggir, Todanan, kami naik Bukit Manggir yang lumayan tinggi, saat berada di atas udara sangat sejuk, semilir angin sangat lembut dingin menepis bulu-bulu tubuh, dingin membuat hati tenang untuk belama-lama di atas Bukit ini. Setelah dua jam kami pergi ketempat ke tiga yaitu di tempat Wisata Waduk Tempuran, Blora. Tempatnya sangat keren karena banyak tumbuhan-tumbuhan hijau nan permai tempat pemancingan dan restoran, ada juga bebatuan. Kami menikmati wisataTempuran tempat ini paling rami sendiri di banding tempat yang lain, selama beberapa tahun terakhir menjadi tempat favorit bagi kaum muda untuk menghabiskan waktunya, apalagi bagi kaum muda yang saling mengadu kasih, pasti mengunjungi tempat ini. “Sat ayo pulang matahari udah mulai turun meninggalkan peraduannya” kata laksana “Ayo, pulang, besuk masih ada tempat lagi yang kita kunjungi untuk pembuatan artikel lomba ya” ucapnya. “Siap, pasti berangkat” jawabku dengan nada yang semangat. Akhirnya kami pulang, perjalanan kami lumayan panjang, apalagi masih saja banyak jalan yang berlubang. Kami melewati sawah-sawah yang hijau, serasa seperti di surga, angin sumilir menghantamku dengan keras, sejuk, kanan-kiri di penuhi dengan tanaman padi, yang menjadi makanan pokok bagi penduduk Indonesia. Satu jam kemudian sampai di rumah, dan aku melanjutkan aktivitas seperti biasa. Minggu 14 April, Blora Matahari sudah tergelincir, akupun segera bersiap-siap ke tempat wisata selanjutnya, ku pakai sepatuku dan berangkat berkelana bersama Laksana. “Laksana, ayo berangkat” Ucapku kepadanya “Siap” jawab Laksana. Kamipun berangkat menuju tempat wisata Bukit Pencu, namanya sedikit aneh, akupun tak tau asal usul penamaan seperti itu. Lokasinya di Kec. Bogorejo. Ds. Gandu, tepatnya di daerah perbukitan perbatasan dengan Kab. Rembang. Dari rumahku sekitar 19 Km. Kami berangkat, dan melewati hutan yang sangat lebat dan rindang, pohonnya sejuk sekali, angin semilir menghantam kami, banyak burung-burung berkicau, kesana kemari berlarian menikmati dahan-dahan yang rindang, masih alami dan di huni banyak flora dan fauna. Menaiki bukit yang sangat tinggi dengan mengendarai motor, akhirnya terpaksa kami tidak bisa naik Bukit Pencu dengan motor, dan terpaksa kami parkirkan di tempat parkir yang sudah di sediakan oleh pengelola wisata Bukit Pencu, dengan membayar dua ribu. “Satya, motornya di parkirkaan saja ya” kata Laksana kepadaku, “Iyalahh, di sana kan banyak batu-batuan yang terjal dan tidak bisa di naiki bukitnya dengan motor” Jelasku kepadanya. “Ayo kita mendaki Bukit Pencu ini” ajaknya Laksana. “Berangkat, jangankan bukit ini Gunung Mahameru saja pasti ku daki sampai ke atas dengan semangat” jawabku dengan semangat bergelora. “Wahh, bersemangat sekali kau, haha” Kata Laksana Kami mendaki Bukit Pencu, kakiku kua angkat dengan keras, masih bisa melangkah. Setengah jam kami mendaki akhirnya kami biasa menikamti indahnya alam Bukit Pencu. Lokasinya ada dua timur dan barat. Yang timur lebih tinggi dari pada barat. Kami menuju ke barat dulu, disaat di lokasi barat kami bisa melihat pertambangan yang ada di daerah Rembang, karena tepat berbatasan langsung. Ada juga orang yang sedang mengembala kambing-kambingnya, ada juga yang sedang mencari rumput di bawah walaupun kelihatan samar-samar. Ada banyak sekaliaktivitas manusis yang dapat kami lihat dari bukit pencu, terlihat semua karen memiliki ketinggian sekitar 300 meter dari laut, tidak salah tempat ini daya tarik bagi wisatawan lokal. “Sat, ayo ke tempat yang timur, kita lihat perbedaannya apa saja” Ajakan dari Laksana. Kami berpindah lokasi, kami naik tangga-tangga kecil dengan santai, saat berada di atas lokasinya terdapat payung besar klasik terbuat dari kayu dan besi berpagar, ada juga batu-batuan yang terbentuk dari alam yang menghiasai lokasi ini,batunya sangat bagus dan keren, di dalam batu ada pohon yang hidup, ini sedikit aneh, tetapi inilah bukti kebesaran Tuhan sang pencipta, dengan kebesarannya mampu menciptakan apa yang di kehendaki, kita sebagai hambanya hanya bisa merawat dan menjaga ciptaannya. “Sat, ini tulisan apa kok biasa da di sini” tanya dari Laksana. “Ohh ini, tulisan Jawa Kuno, katanya sebagai tanda bahwa Bukit Pencu telah di resmikan menjadi tempat wisata oleh Pemkab” jawabnya. “Keren yaa, tidak salah kita kesini. Kita bisa melihat indahnya alam, ke berbagai penjuru, di selatan terlihat bukit lagi pedesaaan yang permai, di utara bisa melihat alam dari Rembang, dan di timur bisa melihat Tuban yang terbentang luas” Tak sadar hari perlahan mulai gelap, matahari terlihat akan turun dari peraduannya meninggalkan sang awan yang biru. “Sat, pulang tidak ini?.” Tanya Laksana “Bentar , lihat sunset dulu aja, jarang jarang kan kita kesini, besuk pasti saling sibuk sendiri” Jawabku. Matari terlihat merah mulai berjalan ke peraduannya, siratan awan merah membara indah, seluruh langit terlihat merah bertebaran. Kamipun berfoto mangabadikan peristiwa ini dengan bahagia. Langit gelap, kami pun turun menuruni bukit dengan bantuan cahaya dari senter hp kami, kami berjalan turun dan sampai di di tempat parkir. Kami mengendarai motor meliwati lembah-lembah bukit yang berliku-liku, melewati sungai kecil dengan gemericik air yang berirama, tempatnya sejuk dingin, gelap gulita, sungai itu adalah tempat paling sepi sendiri, walaupaun baru menginjak malam, sudah sepi. Terdengar suara awan yang beradu, mengagetkan kami, tiba-tiba burung-burung berterbangan ke arah jauh, angin menerpa kami, semua pohon-pohon manari-menari oleh kuatnya kekuatan angin, semilir angin tiba-tiba dingin, semakin lama semakin digiin. “Satya, ini ada apa ko angin keras?.” Tanya Laksana, yang sedang heran. “Ini mungkin akan terjadi hujan, biasanya angin begini akan terjadi hujan”Jawabku dengan tidak pasti. Bulu kudukku berdiri kedingan, tak lama, awan menggulung, awan columbus menerjang, dan rintik-rintik air mulia berjatuhan, kami terjebak di huatan yang luas dan lebat, tidak ada tempat berteduh, terpaksa kami tetap melanjutkan pulang kerumah. “Derrrrr...derrr” suara petir menyambar pohon di depan kami, dahannya patah jatuh di atas jalan dan daunnya terbakar. Kami semakin panik dan takut, beberapa menit kemudian, motorku oleng dan kami jatuh di jalan di genangan air, karena ada jalan yang berlubang, kami tersungkur beruntung tidak terjadi luka. “Sat, tidak apa-apa kan?.” Tanya Laksana yang sedang di kubangan air. “Tidak apa-apa”Jawabku yang sedang terpental dari motor. Aku coba dirikan motorku aku starter tiba-tiba tidak bisa, motorku mati, mungkin businya kemasukan air genangan yang berada di jalan, aku dorong motorku, semakin lama smakin berat, hal baru terjadi lagi tak ku sangka ban motorku bocor, “Satya, ini gimana motor mati mogok ban motor bocor pula?.”ucapnya. “Ya udahh, ayo kita berjalan saja, motor kita tinggal saja”jawabku Akhirnya kami berjalan beberapa menit ada truk lewat, aku lambaikan tanganku dan kami menumpang, motorku pun aku angkut juga ke truk. Akhirnya kami bisa selamat, tidak terjadi hal yang mengerikan lagi. “Bangg. Boleh kami menumpang?.” Tanyaku kepada supir truk. “Iyaa boleh, kasihan sekali kalian, malam-malam kehujanan kedinginan” Sahut supir truk yang merasa iba kepada kami berdua, tak tega melihat kami terlantar di tengah hutan yang sedang badai hujan sangat tinggi. “Untung saja ada orang baik yang mau menolong kami” Dalam pikirku yang sedari tadi kebingungan dan panik. Kamipun naik truknya sembari merilekskan badan kami. Setelah satu jam sampai di kampungku. “Pakk, berhenti disini saja!” pintaku kepada pak supir. ”Baiklah,kalau begitu” jawab pak supir. Aku berhentikan supirnya untuk berhenti. Sesampai di rumah aku langsung mandi dan tidur pulas begitu juga dengan Laksana. Akhirnya kami selamat. Bersambung Biodata Diri: Lesbianto, 04 Oktober 2000, lahir di Blora, Jawa Tengah. Sekarang menempuh pendidikan di STKIP Al Hikmah Surabaya Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia. Merupakan Alumnus dari SMAN 1 Jepon. Aktif dalam kepramukaan semasa di sekolahnya. Hobinya adalah bermain sepak bola. Nama : Lesbianto Alamat : Ds. Ketringan. Kec. Jiken. Kab. Blora JAWA TENGAH No Hp : 085335969357
Share: Biant Scout

PANTUN

Hidup Adalah Perjuangan Berjuang Bukan Hanya Sepintas Ikhlas Hati Untuk Berkorban Menuju Mimpi Tak Terbatas
Share: Biant Scout

Biodata Diri

Foto saya
Kota Surabaya, Surabaya, Indonesia
Lesbianto

RACANA PRAMUKA

Pendidikan Kepramukaan "Satya dan Dharma Pramuka"

Pendidikan kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pe...

Disiplin

Cerminan diri

Cari Blog Ini blogbiant.blogspot.com

Club Sepak Bola

Sepak Bola Chelsea Club and Real Madrid FC.

Populer

Pramuka ABC

Ikhlas Bhakti Bina Bangsa Berbudi Bawa Laksana
#Bung Hatta Cut Meutea

Postingan Terbaru

Iqro' bismi robbikalladzi kholaq

(Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu)

Cinta Simpul Mati

Asmara Tunas Kelapa

Pendidikan

Belajar Belajar Belajar dan Mengajar...