Hidup Adalah Perjuangan Hanya Menjalankan Takdir Yakin pasti bisa Lihat Saja Di Masa Depan

Pendidikan

Naskah Drama PERBEDAAN PERSEPSI ORANGTUA DAN GURU

Naskah Drama Perbedaan Persepsi Orang tua dan Guru Bel penanda jam pelajaran berganti telah berbunyi menunjukkan waktu olahraga dimulai. Mata Ustaz Slamet terpaku pada seorang siswa bernama Rey. Rey memainkan bola dengan sangat bagus, Ustaz pun berfikir untuk merekrut Rey untuk bergabung bersama timnya, yang mengikuti turnamen sepak bola. Tetapi terjadi suatu permasalahan. Ustaz : “Reyhan, kamu mainnya bagus sekali?” kata Ustaz dengan kagum Rey : “Terima kasih, Ustaz, mungkin bakat dari lahir, hehee” Ustaz :“Kamu mau gabung tim Ustaz nggak?” Rey :“Waaaaah boleh Ustaz tapi saya izin Papa dulu. Soalnya saya dilarang bermain bola oleh Papa.” Ustaz :“Lohh, kenapa? Sayang sekali kan, permainan kamu sangat bagus” Rey :“Masalahnya tidak boleh Ustaz, katanya takut kalau saya cidera saat bermain atau bahkan terjadi hal yang tidak di inginkan.” Ustaz :”Iya sih orangtua pasti berpikir seperti itu. Yaudah nanti coba aja dulu izin, siapa tau diizinkan, kalau masih tidak boleh nanti Ustaz yang bicara ke Papamu.” Rey :”Siap Ustaz, ” Jam menunjukkan pukul 16.00 WIB waktunya siswa untuk pulang. Rey yang sembari tadi tak sabar segera pulang, langsung bergegas pulang untuk meminta izin kepada Papanya. Rey : “Assalamualaikum Pah, sedang apa Pah?.” Papa :” Waalaikumsalam, ini sedang santai sambil minum kopi, Papa kan suka banget sama kopi, hampir setiap pagi, siang, sore dan malam selalu minum kopi” Rey :“ Oh iya, Pah. Aku mau bicara sesuatu” Papa :“ Bicara saja rey, Papa akan mendengarkan pembicaraan kamu, kaya nggak tau Papa aja, kamu ini” Rey :“Hehee, iya yaa” Papa: “Silahkan mau bicara apa?.” Rey :”Papa, tadi aku di sekolah ditawari masuk tim inti sepak bola oleh Ustaz boleh nggak?” Papa :”Ustaz siapa?.” Duduk dan Sambil meminum kopi Rey :”Ustaz Slamet, Pah” Papa :”Itu dalam acara apa?. Sampai di ajak ikut gabung tim sekolahan?.” Rey :” Turnamen internasional Cup, antar sekolah Pah” Papa : “ Kapan turnamen itu Rey?.” Rey :” Turnamennya akan berlangsung 2 minggu lagi Pah” Papa ;” Oalah 2 minggu lagi ya” (papa rey beranjak dari meja tempat ngopinya, dan menghadap ke jendela rumah). Bukannya Papa melarang, hanya saja Papa takut terjadi apa-apa dengan kamu. Rey :”Loh pa, kenapa? Mamah kan nggak ngelarang, kemaren malah Rey di belikan bola sama sepatu, bahkan kemaren Mama bilang kalau misalkan Rey peringkat satu di kelas, Rey akan diajak ke Spanyol nonton Barcelona.” Papa :” Papa sudah bilang kan sepakbola itu permainan keras. Kalau kamu celaka gimana?” Rey :”Yaudah pa kalo gitu besok Rey bilang Ustaz kalau enggak boleh.”(Jawab Rey dengan muka lesu). Keesokan harinya Rey melihat Ustaz sedang berjalan sambil membawa laptop dan Rey lapor kepada Ustaz Slamet bahwa Rey dilarang untuk mengikuti tim sepakbola. Rey :”Ustaz, Re dilarang sama Papa.” Rey mencium tangan Ustaz Ustaz :”Kamu udah izin beneran?” Rey :”Sudah Ustaz, tapi tetep nggak boleh.” Ustaz :”Yaudah nanti Ustaz temui orangtua kamu, Ustaz yang mintakan izin.” Rey :”Waaah terimakasih ustaz.” Rembulan tlah mendeportasi mentari, gelap telah menyelimuti akan tetapi semangat dan rasa optimis ustaz untuk Rey bergabung tim inti masih berkobar bak api abadi. Ustaz :”Assalamualaikum pak.” Papa :”Waalaikum salam, eh ada pak Ustaz, silahkan duduk Ustaz” Ustaz :”Iya, terimakasih pak.” Papa ;”Sendiri saja Ustaz, istrinya nggak di ajak sekalian” Ustaz :”Iya pak, kasihan istri saya di rumah sedang bermain sama anak-anak, terpaksa saya tinggal, mungkin sekarang sudah tertidur pulas” Papa :”Iya juga Ustaz, anak kecil memang begitu” Ustaz :”Bagaimana kabarnya Bapak dan sekeluarga?.” Papa :” Alhamdullillah baik Ustaz, seperti biasa badan masih kelihatan segar gini kan, biasa saya ngopi setiap hari, Ustaz suka kopi tidak?.” Ustaz :”Lumayan suka, Pak” Papa :”Bentar ya saya panggilkan Rey. Rey... tolong buatkan kopi untuk Ustaz Slamet” Rey :”Iya pa sebentar saya buatkan.( Jawab Rey yang sedang berada di belakang rumah) Tak lama kopi pun datang Papa Rey dan Ustaz meminum kopi bersama-sama. Papa :”Ngomong-ngomong ada perlu apa ustaz malam-malam kesini? Terakhir kali 1 tahun yang lalu berkunjung ke rumah saya” Ustaz :”Iya pak, hanya saja ingin berkunjung, dan kedatangan saya kesini ingin membicarakan anak bapak, saya melihat anak bapak mempunyai bakat bermain sepak bola yang sangat bagus yang dimiliki Rey saya tertarik untuk merekrutnya menjadi pemain inti di tim sekolah kami” Papa :”Maaf sebelumnya Ustaz, bukannya melarang akan tetapi saya tidak yakin untuk mengizinkan karena saya takut ada apa-apa, soalnya Rey juga masih tanggung jawab saya.” Ustaz :”Betul pak, ini tanggung jawab bapak tetapi anak bapak ini juga memliki hobi kita harus bisa mengembangkan hobi tersebut agar bermanfaat untuk Rey sendiri.” Papa :”Lihat foto Rey ini waktu kecil, dia bercita-cita menjadi dokter”(memperlihatkaan foto Rey waktu kecil yang bercita-cita menjadi dokter) Ustaz :”Ini foto Rey pak?.” Tanya Ustaz Papa :”Iya , jika dia masih bermain sepak bola atau bahkan menjadi pemain sepak bola nanti cita-citanya tidak akan tercapai” Ustaz :”Pak, cita-ccita itu bisa di rubah, lagi pula sekarang bukan menjadi acuan dalam bercita-cita. Banyak sekali orang bercita-cita tinggi tapi akhirnya malah bekerja di lain hal, yang sebelumnya tak di pikirkan” Papa :”Bagaiama jika sampai cedera serius dalam bermain sepak bola” Ustaz :”Tenang saja pak” Papa :”Lalu jaminannya apa yang memastikan kalau tidak akan terjadi hal buruk pada Rey.” Ustaz :”Pasti kami jamin aman pak, kami telah mempersiapkan berbagai fasilitas salah satunya tim medis untuk pertolongan pertama jika terjadi apa-apa.” Papa :”Beneran kan? Soalnya bapak tahu sendiri Rey anak satu-satunya dan saya menanti Rey dengan sangat lama. Saya tidak mau terjadi hal buruk sedikitpun pada Rey.” Ustaz :”Iya pak, saya jamin Rey pasti aman.” Papa :”Kalau seperti itu Rey saya izinkan.” Ustaz :”Waaah terimakasih pak.” Papa :”Sama-sama Ustaz.” Akhirnya Rey bisa bergabung dengan tim inti SMA untuk mengikuti turnamen sepak bola. Bersambung Sebagai orang tua kita harus mendukung cita-cita anak-anaknya dan jangan terlalu mengekang karena anak mempunyai jalan hidup sendiri. Tetapi masih hormat dan patuh kepada orang tuanya.
Share: Biant Scout

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biodata Diri

Foto saya
Kota Surabaya, Surabaya, Indonesia
Lesbianto

RACANA PRAMUKA

Pendidikan Kepramukaan "Satya dan Dharma Pramuka"

Pendidikan kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pe...

Disiplin

Cerminan diri

Cari Blog Ini blogbiant.blogspot.com

Club Sepak Bola

Sepak Bola Chelsea Club and Real Madrid FC.

Populer

Pramuka ABC

Ikhlas Bhakti Bina Bangsa Berbudi Bawa Laksana
#Bung Hatta Cut Meutea

Postingan Terbaru

Iqro' bismi robbikalladzi kholaq

(Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu)

Cinta Simpul Mati

Asmara Tunas Kelapa

Pendidikan

Belajar Belajar Belajar dan Mengajar...