Hidup Adalah Perjuangan Hanya Menjalankan Takdir Yakin pasti bisa Lihat Saja Di Masa Depan

Pendidikan

TRAGEDI DI HUTAN BLORA

Tragedi di Hutan Blora
 Di sepertiga malam terakhir yang hening, sepi, semua orang tertidur lelap, hanya nyanyian Ayam Jago yang berirama merdu siap membangunkan setiap insang, aku bangun dari peristirahatanku dan mengambil air wudu untuk melaksanakan Salat Tahajjud yang penuh dengan keberkahan dari Allah SWT. Ku panjatkan untaian doa demi doa kepada Sang Khaliq dengan penuh khusyuk di dalam hati. Tak lama terdengar Azan Subuh aku langsung berangkat ke masjid tuk melaksanakan kewajiban setiap umat muslim yaitu Salat Subuh, yang pahalanya sangat banyak, lebih dicintai daripada dunia dan seisinya oleh Allah SWT, Salat wajib yang utama yang harus di kerjakan oleh umat islam dunia, karena salat merupakan tiang agama. Setelah Salat selesai aku pun pulang ke rumah. Kota kebanggaanku, disinilah tempatku pertama kali jerit tangisku terdengar ke telinga ibuku ini yaitu Blora, Jawa Tengah, termasuk dalam dataran tinggi di indonesia tak salah di waktu malam sangat dingin. Setelah Subuh hawanya masih saja dingin dan menusuk ke dalam relung sukmaku, tak lama akhirnya dari ufuk timur terlihat siratan berwarna merah berterbangan di atas awan, akhirnya sang surya muncul menerangi hidup ini, yang sebelumnya dingin perlahan hangat dan semakin hangat oleh hadirnya sang mentari. Burung-burungpun mulai bangun dari ngantuknya dan kerja mencari setitik makanan demi makanan, begitu pula dengan manusia terbangun dari tidurnya dan memulai aktivitasnya, ada yang pergi ke kantor, ada yang pergi ke sawah, ke ladang, semua itu adalah rutinitasnya manusia mencari rezeki demi rezeki untuk kebutuhan sehari-hari. Aku berangkat sekolah, aku berpamitan kepada ke dua orang tuaku dan meminta doa agar aku di beri kemudahan dalam belajar tuk menuntut ilmu, agar Allah meridhoiku, karena ridho Allah adalah dari ridho orang tua, oleh karena itu aku selalu menghormati orang tuaku dan selalu berbakti kepadanya. “Ibu, Satya berangkat sekolah ya, minta doanya, agar aku di beri kemudahan dalam menuntut imu” pinta doaku kepada Ibu. “Iya, ibu akan selau doaku kamu nak, sekolah yang pintar, jangan nakal-nakal, bahagiakan Ibumu ini!” kata Ibu dengan raut muka yang penuh dengan harap. Aku pun sedikit meneteskan air mata, tapi aku segera ku usap air mata itu, aku harus terlihat tegar di mata ibu, walaupun di hatiku tidak kuat. “Iya ibu, insyallah” Ucapku kepada Ibuku. Aku langsung berangkat sekolah, mengendarai motor bututku, aku menghampiri teman sahabat karibku, yaitu Satria. Teman sejak kecil, sekolah dari SD, SMP, hingga SMA ini selalu bersama-sama. “Satria, ayo berangkat sekolah!” kataku kepada Satria yang masih berada di dalam rumah sedang persiapan. Seperti biasa aku hanya menunggunya di jalan depan rumahnya. “Bentar, ini aku berpamitan dulu dengan orang tuaku” kata Satria yang belum memakai sepatu. Akhirnya Satria keluar dari rumahnya dan segera naik motorku dan kita berangkat bersama sama. “Lama amat, sih aku ada PR ini belum aku kerjakan” kataku dengan muka gak kesal. “Sorry namanya juga orang pasti ada telatnyalah” balasnya dengan muka tidak bersalah sedikitpun. “Masalahnya kamu itu selalu istiqomah dalam telat Satria, mungkin nanti aku di hukum Pak Tanto, gara-gara belum ngerjakan PR” “Sabar, tetap semangat, hahaa” Ucapnya. “Sialan, malah di ketawain” Balasku. Jam menunjukkan pukul 06.30. Dari kejauhan sekolah kami kelihatan, beruntung gerbang sekolah masih terbuka, kami pun langsung masuk. Setelah memarkirkan motor aku dan Satria masuk kelas masing-masing karena aku dan dia berbeda kelas. Aku langsung masuk ke kelas, di dalam kelas sudah ramai, banyak yang ngerjakan PR semua, memang aneh, PR di kerjakan di sekolah, seperti tradisi, padahal dari katanya sudah jelas, bahwa PR adalah pekerjaan rumah, tapi banyak salah di artikan menjadi pekerjaan sekolah, mungkin karena tidak bisa mengerjakan sendiri-sendiri. “Assalamualaikum teman-teman” ucapku kepada teman sekelas. “Waalaikumsalam Satya” jawab salamnya. “Aku boleh gabung nggak, aku belum selesai mengerjakan PR” Pintaku kepad teman-teman agaraku bisa selesai mengerjakan. “Ayooo, gabung cepetan biar nggak di suruh keluar kelas oleh Pak Tanto” kata Laksana temanku yang berasal dari Tanah Sumatra yaitu Lampung. Aku langsung menulis jawaban dari teman-teman dan akhirnya selesai juga. Jam3.30 sore sekolah pun selesai aku dan Satriapun pulang. Tiba-tiba Satria mendapatkan info tentang lomba. “Satya, ini ada berita baru yaitu membuat artikel tempat wisata dan kuliner daerah masing-masing, pemenang akan mendapatkan sertifikat dan uang pembinaan, dan masih banyak lagi hadiahnya, ayo kita ikut lomba ini, gimana, untung kan daerah kita tempatnya bagus bagus tidak kalah dengan daerah lain” kata Laksana “Ayoo kita ikut, Blora kan tempatnya bagus-bagus banyak sekali obyek wisata, diantaranya Waduk Tempuran, Goa Terawang, Waduk Greneng atau Cemara Pitu, Bukit Pencu, Gunung Manggir, Sayuran, Waduk Bentolo, dan masih banyak lagi, sekarang sudah berkembang pesat, dan tempat wisata sangat banyak sekali” jawabku dengan penuh antusias. “Jadi setuju ini” kata Laksana “Sangat setuju, ayo kita atur waktunya untuk observasi tempat-tempat wisata kota kita” jawabku. “Nanti kamu WA aku ya! ehh sabtu minggu gimana, kan kita nggak sekolah, sekolah kita sudah Fullday”ucapnya. “Sippp, ide bagus, sekalian refresing jalan-jalan” kataku dengan bahagia. Akhirnya kita sepakat akan mengikuti lomba membuat artikel tentang tempat wisata dan kuliner daerah masing-masing. Keesokan harinya kami berangkat ke tempat wisata yang akan menjadi obyek pembuatan artikel kami untuk lomba. Kami pergi ke Gua Terawang atau Gua Srawang merupakan objek wisata alam di Kecamatan Kecamatan Todanan, Desa Kedungwungu, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Gua ini terbentuk di daerah endapan batu gamping Pegunungan Kapur Utara. Terletak di kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Blora, sekitar 35 kilometer arah barat Kota Blora. Yang menjadi tempat wisata di tanah sana. Kami sampai melewati Alun-alun kota Blora yang menjadi kebangganku, dan satu jam perjalan kami sampai di Goa Terawang “Lak, artikelnya harus ada fotonya kan?” Kataku “Iya harus ada fotonya sebagai tanda bukti” jawabnya “Foto aku dong” Pintaku karena dia membawa karena DSLR, yang hasil fotonya keren. “Kamu naik batu itu aja” Kata laksana yang mencarikan tempat yang cocok untuk foto. Akupun difoto laksana, kamipun bergantian foto. Ada satu foto bagus yang akan kami gunakan bukti untuk artikel, hasilnya sangat keren. Setelah satu jam kamipun menuju ke tempat lain yaitu Gunung Manggir berada pada ketinggian 250 mdpl dan memiliki luas 4 hektar. Gunung Manggir ini merupakan wisata alam yang berada di perbukitan kapur.. Goa wisata Manggir menawarkan keindahan perbukitan kapur yang diselimuti pepohonan yang banyak diminati para wisatawan. Goa dan sedang yang berada di gunung Manggir ini memiliki air yang alami dan bersih. Objek wisata alam ini berada di Perbukitan Manggir, Desa Ngumbul, Kecamatan todanan, Kabupaten Blora. Saat berada di atas akan berbeda karena akan melihat alam yang sangat luas, bisa melihat tempat tempat yang rendah dan hamparan daerah sekitar. Kami sampai di Bukit Magir tempat wisata Bukit Manggir, Todanan, kami naik Bukit Manggir yang lumayan tinggi, saat berada di atas udara sangat sejuk, semilir angin sangat lembut dingin menepis bulu-bulu tubuh, dingin membuat hati tenang untuk belama-lama di atas Bukit ini. Setelah dua jam kami pergi ketempat ke tiga yaitu di tempat Wisata Waduk Tempuran, Blora. Tempatnya sangat keren karena banyak tumbuhan-tumbuhan hijau nan permai tempat pemancingan dan restoran, ada juga bebatuan. Kami menikmati wisataTempuran tempat ini paling rami sendiri di banding tempat yang lain, selama beberapa tahun terakhir menjadi tempat favorit bagi kaum muda untuk menghabiskan waktunya, apalagi bagi kaum muda yang saling mengadu kasih, pasti mengunjungi tempat ini. “Sat ayo pulang matahari udah mulai turun meninggalkan peraduannya” kata laksana “Ayo, pulang, besuk masih ada tempat lagi yang kita kunjungi untuk pembuatan artikel lomba ya” ucapnya. “Siap, pasti berangkat” jawabku dengan nada yang semangat. Akhirnya kami pulang, perjalanan kami lumayan panjang, apalagi masih saja banyak jalan yang berlubang. Kami melewati sawah-sawah yang hijau, serasa seperti di surga, angin sumilir menghantamku dengan keras, sejuk, kanan-kiri di penuhi dengan tanaman padi, yang menjadi makanan pokok bagi penduduk Indonesia. Satu jam kemudian sampai di rumah, dan aku melanjutkan aktivitas seperti biasa. Minggu 14 April, Blora Matahari sudah tergelincir, akupun segera bersiap-siap ke tempat wisata selanjutnya, ku pakai sepatuku dan berangkat berkelana bersama Laksana. “Laksana, ayo berangkat” Ucapku kepadanya “Siap” jawab Laksana. Kamipun berangkat menuju tempat wisata Bukit Pencu, namanya sedikit aneh, akupun tak tau asal usul penamaan seperti itu. Lokasinya di Kec. Bogorejo. Ds. Gandu, tepatnya di daerah perbukitan perbatasan dengan Kab. Rembang. Dari rumahku sekitar 19 Km. Kami berangkat, dan melewati hutan yang sangat lebat dan rindang, pohonnya sejuk sekali, angin semilir menghantam kami, banyak burung-burung berkicau, kesana kemari berlarian menikmati dahan-dahan yang rindang, masih alami dan di huni banyak flora dan fauna. Menaiki bukit yang sangat tinggi dengan mengendarai motor, akhirnya terpaksa kami tidak bisa naik Bukit Pencu dengan motor, dan terpaksa kami parkirkan di tempat parkir yang sudah di sediakan oleh pengelola wisata Bukit Pencu, dengan membayar dua ribu. “Satya, motornya di parkirkaan saja ya” kata Laksana kepadaku, “Iyalahh, di sana kan banyak batu-batuan yang terjal dan tidak bisa di naiki bukitnya dengan motor” Jelasku kepadanya. “Ayo kita mendaki Bukit Pencu ini” ajaknya Laksana. “Berangkat, jangankan bukit ini Gunung Mahameru saja pasti ku daki sampai ke atas dengan semangat” jawabku dengan semangat bergelora. “Wahh, bersemangat sekali kau, haha” Kata Laksana Kami mendaki Bukit Pencu, kakiku kua angkat dengan keras, masih bisa melangkah. Setengah jam kami mendaki akhirnya kami biasa menikamti indahnya alam Bukit Pencu. Lokasinya ada dua timur dan barat. Yang timur lebih tinggi dari pada barat. Kami menuju ke barat dulu, disaat di lokasi barat kami bisa melihat pertambangan yang ada di daerah Rembang, karena tepat berbatasan langsung. Ada juga orang yang sedang mengembala kambing-kambingnya, ada juga yang sedang mencari rumput di bawah walaupun kelihatan samar-samar. Ada banyak sekaliaktivitas manusis yang dapat kami lihat dari bukit pencu, terlihat semua karen memiliki ketinggian sekitar 300 meter dari laut, tidak salah tempat ini daya tarik bagi wisatawan lokal. “Sat, ayo ke tempat yang timur, kita lihat perbedaannya apa saja” Ajakan dari Laksana. Kami berpindah lokasi, kami naik tangga-tangga kecil dengan santai, saat berada di atas lokasinya terdapat payung besar klasik terbuat dari kayu dan besi berpagar, ada juga batu-batuan yang terbentuk dari alam yang menghiasai lokasi ini,batunya sangat bagus dan keren, di dalam batu ada pohon yang hidup, ini sedikit aneh, tetapi inilah bukti kebesaran Tuhan sang pencipta, dengan kebesarannya mampu menciptakan apa yang di kehendaki, kita sebagai hambanya hanya bisa merawat dan menjaga ciptaannya. “Sat, ini tulisan apa kok biasa da di sini” tanya dari Laksana. “Ohh ini, tulisan Jawa Kuno, katanya sebagai tanda bahwa Bukit Pencu telah di resmikan menjadi tempat wisata oleh Pemkab” jawabnya. “Keren yaa, tidak salah kita kesini. Kita bisa melihat indahnya alam, ke berbagai penjuru, di selatan terlihat bukit lagi pedesaaan yang permai, di utara bisa melihat alam dari Rembang, dan di timur bisa melihat Tuban yang terbentang luas” Tak sadar hari perlahan mulai gelap, matahari terlihat akan turun dari peraduannya meninggalkan sang awan yang biru. “Sat, pulang tidak ini?.” Tanya Laksana “Bentar , lihat sunset dulu aja, jarang jarang kan kita kesini, besuk pasti saling sibuk sendiri” Jawabku. Matari terlihat merah mulai berjalan ke peraduannya, siratan awan merah membara indah, seluruh langit terlihat merah bertebaran. Kamipun berfoto mangabadikan peristiwa ini dengan bahagia. Langit gelap, kami pun turun menuruni bukit dengan bantuan cahaya dari senter hp kami, kami berjalan turun dan sampai di di tempat parkir. Kami mengendarai motor meliwati lembah-lembah bukit yang berliku-liku, melewati sungai kecil dengan gemericik air yang berirama, tempatnya sejuk dingin, gelap gulita, sungai itu adalah tempat paling sepi sendiri, walaupaun baru menginjak malam, sudah sepi. Terdengar suara awan yang beradu, mengagetkan kami, tiba-tiba burung-burung berterbangan ke arah jauh, angin menerpa kami, semua pohon-pohon manari-menari oleh kuatnya kekuatan angin, semilir angin tiba-tiba dingin, semakin lama semakin digiin. “Satya, ini ada apa ko angin keras?.” Tanya Laksana, yang sedang heran. “Ini mungkin akan terjadi hujan, biasanya angin begini akan terjadi hujan”Jawabku dengan tidak pasti. Bulu kudukku berdiri kedingan, tak lama, awan menggulung, awan columbus menerjang, dan rintik-rintik air mulia berjatuhan, kami terjebak di huatan yang luas dan lebat, tidak ada tempat berteduh, terpaksa kami tetap melanjutkan pulang kerumah. “Derrrrr...derrr” suara petir menyambar pohon di depan kami, dahannya patah jatuh di atas jalan dan daunnya terbakar. Kami semakin panik dan takut, beberapa menit kemudian, motorku oleng dan kami jatuh di jalan di genangan air, karena ada jalan yang berlubang, kami tersungkur beruntung tidak terjadi luka. “Sat, tidak apa-apa kan?.” Tanya Laksana yang sedang di kubangan air. “Tidak apa-apa”Jawabku yang sedang terpental dari motor. Aku coba dirikan motorku aku starter tiba-tiba tidak bisa, motorku mati, mungkin businya kemasukan air genangan yang berada di jalan, aku dorong motorku, semakin lama smakin berat, hal baru terjadi lagi tak ku sangka ban motorku bocor, “Satya, ini gimana motor mati mogok ban motor bocor pula?.”ucapnya. “Ya udahh, ayo kita berjalan saja, motor kita tinggal saja”jawabku Akhirnya kami berjalan beberapa menit ada truk lewat, aku lambaikan tanganku dan kami menumpang, motorku pun aku angkut juga ke truk. Akhirnya kami bisa selamat, tidak terjadi hal yang mengerikan lagi. “Bangg. Boleh kami menumpang?.” Tanyaku kepada supir truk. “Iyaa boleh, kasihan sekali kalian, malam-malam kehujanan kedinginan” Sahut supir truk yang merasa iba kepada kami berdua, tak tega melihat kami terlantar di tengah hutan yang sedang badai hujan sangat tinggi. “Untung saja ada orang baik yang mau menolong kami” Dalam pikirku yang sedari tadi kebingungan dan panik. Kamipun naik truknya sembari merilekskan badan kami. Setelah satu jam sampai di kampungku. “Pakk, berhenti disini saja!” pintaku kepada pak supir. ”Baiklah,kalau begitu” jawab pak supir. Aku berhentikan supirnya untuk berhenti. Sesampai di rumah aku langsung mandi dan tidur pulas begitu juga dengan Laksana. Akhirnya kami selamat. Bersambung Biodata Diri: Lesbianto, 04 Oktober 2000, lahir di Blora, Jawa Tengah. Sekarang menempuh pendidikan di STKIP Al Hikmah Surabaya Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia. Merupakan Alumnus dari SMAN 1 Jepon. Aktif dalam kepramukaan semasa di sekolahnya. Hobinya adalah bermain sepak bola. Nama : Lesbianto Alamat : Ds. Ketringan. Kec. Jiken. Kab. Blora JAWA TENGAH No Hp : 085335969357
Share: Biant Scout

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biodata Diri

Foto saya
Kota Surabaya, Surabaya, Indonesia
Lesbianto

RACANA PRAMUKA

Pendidikan Kepramukaan "Satya dan Dharma Pramuka"

Pendidikan kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pe...

Disiplin

Cerminan diri

Cari Blog Ini blogbiant.blogspot.com

Club Sepak Bola

Sepak Bola Chelsea Club and Real Madrid FC.

Populer

Pramuka ABC

Ikhlas Bhakti Bina Bangsa Berbudi Bawa Laksana
#Bung Hatta Cut Meutea

Postingan Terbaru

Iqro' bismi robbikalladzi kholaq

(Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu)

Cinta Simpul Mati

Asmara Tunas Kelapa

Pendidikan

Belajar Belajar Belajar dan Mengajar...