Hidup Adalah Perjuangan Hanya Menjalankan Takdir Yakin pasti bisa Lihat Saja Di Masa Depan

Pendidikan

Sastra Indonesia

Hasil gambar untuk sastra






Nama  : Lesbianto
NIM    : 180141006
MT      : Sejarah Sastra

1.    Chairil Anwar Sastrawan Angkatan 45

chairil-anwarChairil Anwar adalah seorang penyair legendaris yang dikenal juga sebagai “Si Binatang Jalang” (dalam karyanya berjudul “Aku”). Salah satu bukti keabadian karyanya, pada Jumat 8 Juni 2007, Chairil Anwar, yang meninggal di Jakarta, 28 April 1949, masih dianugerahi penghargaan Dewan Kesenian Bekasi (DKB) Award 2007 untuk kategori seniman sastra. Penghargaan itu diterima putrinya, Evawani Alissa Chairil Anwar.

Chairil Anwar dilahirkan di Medan, 26 Julai 1922. Chairil Anwar merupakan anak tunggal. Ayahnya bernama Toeloes, mantan bupati Kabupaten Indragiri Riau, berasal dari Taeh Baruah, Limapuluh Kota, Sumatra Barat. Sedangkan ibunya Saleha, berasal dari Situjuh, Limapuluh Kota. Dia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Dia dibesarkan dalam keluarga yang cukup berantakan. Kedua ibu bapanya bercerai, dan ayahnya menikah lagi. Selepas perceraian itu, saat habis SMA, Chairil mengikut ibunya ke Jakarta.

Chairil masuk sekolah Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi waktu masa penjajahan Belanda. Dia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah menengah pertama Hindia Belanda, tetapi dia keluar sebelum lulus. Dia mulai untuk menulis sebagai seorang remaja tetapi tak satupun puisi awalnya yang ditemukan.
Pada usia sembilan belas tahun, setelah perceraian orang-tuanya, Chairil pindah dengan ibunya ke Jakarta di mana dia berkenalan dengan dunia sastra. Meskipun pendidikannya tak selesai, Chairil menguasai bahasa Inggris, bahasa Belanda dan bahasa Jerman, dan dia mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti: Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibald macleish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar du Perron. Penulis-penulis ini sangat mempengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung mempengaruhi puisi tatanan kesusasteraan Indonesia.
Semasa kecil di Medan, Chairil sangat dekat dengan neneknya. Keakraban ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil. Dalam hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedih:
“Bukan kematian benar yang menusuk kalbu
Keridlaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertahta”
Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa menyebut nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya.
Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam.
Masa Dewasa Chairil Anwar.
Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastera setelah pemuatan tulisannya di “Majalah Nisan” pada tahun 1942, pada saat itu dia baru berusia dua puluh tahun. Hampir semua puisi-puisi yang dia tulis merujuk pada kematian. Chairil ketika menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta jatuh cinta pada Sri Ayati tetapi hingga akhir hayatnya Chairil tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Puisi-puisinya beredar di atas kertas murah selama masa pendudukan Jepang di Indonesia dan tidak diterbitkan hingga tahun 1945.
Semua tulisannya yang asli, modifikasi, atau yang diduga diciplak dikompilasi dalam tiga buku : Deru Campur Debu (1949); Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949); dan Tiga Menguak Takdir (1950, kumpulan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin).
Chairil memang penyair besar yang menginspirasi dan mengapresiasi upaya manusia meraih kemerdekaan, termasuk perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan. Hal ini, antara lain tercermin dari sajaknya bertajuk: “Krawang-Bekasi”, yang disadurnya dari sajak “The Young Dead Soldiers”, karya Archibald macleish (1948).
Dia juga menulis sajak “Persetujuan dengan Bung Karno”, yang merefleksikan dukungannya pada Bung Karno untuk terus mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945.
Bahkan sajaknya yang berjudul “Aku” dan “Diponegoro” juga banyak diapresiasi orang sebagai sajak perjuangan. Kata Aku binatang jalang dalam sajak Aku, diapresiasi sebagai dorongan kata hati rakyat Indonesia untuk bebas merdeka.
Chairil Anwar yang dikenal sebagai “Si Binatang Jalang” (dalam karyanya berjudul Aku) adalah pelopor Angkatan ’45 yang menciptakan trend baru pemakaian kata dalam berpuisi yang terkesan sangat lugas, solid dan kuat. Dia bersama Asrul Sani dan Rivai Apin memelopori puisi modern Indonesia. Chairil Anwar meninggal dalam usia muda karena penyakit TBC dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Hari meninggalnya diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.
Chairil menekuni pendidikan HIS dan MULO, walau pendidikan MULO-nya tidak tamat. Puisi-puisinya digemari hingga saat ini. Salah satu puisinya yang paling terkenal sering dideklamasikan berjudul Aku ( “Aku mau hidup Seribu Tahun lagi!”). Selain menulis puisi, ia juga menerjemahkan karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia. Dia juga pernah menjadi redaktur ruang budaya Siasat “Gelanggang” dan Gema Suasana. Dia juga mendirikan “Gelanggang Seniman Merdeka” (1946).
Rakannya, Jassin pun punya kenangan tentang Chairil Anwar. “Kami pernah bermain bulu tangkis bersama, dan dia kalah. Tapi dia tak mengakui kekalahannya, dan mengajak bertanding terus. Akhirnya saya kalah. Semua itu kerana kami bertanding di depan para gadis.”
Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Namun, kepada gadis Karawang, Hapsah, Chairil telah menikahinya.
Pernikahan itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta cerai. Saat anaknya berumur 7 bulan, Chairil pun menjadi duda.
Akhir Hidup Chairil Anwar
Vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya, yang bertambah lemah akibat gaya hidupnya yang semrawut. Sebelum dia bisa menginjak usia dua puluh tujuh tahun, dia sudah kena sejumlah penyakit. Chairil Anwar meninggal dalam usia muda karena penyakit TBC Dia dikuburkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari zaman ke zaman. Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.
 Kumpulan puisinya antara lain: Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (1949); Deru Campur Debu (1949); Tiga Menguak Takdir (1950 bersama Asrul Sani dan Rivai Apin); Aku Ini Binatang Jalang (1986); Koleksi sajak 1942-1949″, diedit oleh Pamusuk Eneste, kata penutup oleh Sapardi Djoko Damono (1986); Derai-derai Cemara (1998). Buku kumpulan puisinya diterbitkan Gramedia berjudul Aku ini Binatang Jalang (1986).
Karya-karya terjemahannya adalah: Pulanglah Dia Si Anak Hilang (1948, Andre Gide); Kena Gempur (1951, John Steinbeck).
Sementara karya-karyanya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman dan Spanyol adalah: “Sharp gravel, Indonesian poems”, oleh Donna M. Dickinson (Berkeley, California, 1960); “Cuatro poemas indonesios, Amir Hamzah, Chairil Anwar, Walujati” (Madrid: Palma de Mallorca, 1962); Chairil Anwar: Selected Poems oleh Burton Raffel dan Nurdin Salam (New York, New Directions, 1963); “Only Dust: Three Modern Indonesian Poets”, oleh Ulli Beier (Port Moresby [New Guinea]: Papua Pocket Poets, 1969);
The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan oleh Burton Raffel (Albany, State University of New York Press, 1970); The Complete Poems of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan oleh Liaw Yock Fang, dengan bantuan HB Jassin (Singapore: University Education Press, 1974); Feuer und Asche: sämtliche Gedichte, Indonesisch/Deutsch oleh Walter Karwath (Wina: Octopus Verlag, 1978); The Voice of the Night: Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, oleh Burton Raffel (Athens, Ohio: Ohio University, Center for International Studies, 1993)
Sedangkan karya-karya tentang Chairil Anwar antara lain:
1.      Chairil Anwar: memperingati hari 28 April 1949, diselenggarakan oleh Bagian Kesenian Djawatan Kebudajaan, Kementerian Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan (Djakarta, 1953);
2.      Boen S. Oemarjati, “Chairil Anwar: The Poet and his Language” (Den Haag: Martinus Nijhoff, 1972);
3.      Abdul Kadir Bakar, “Sekelumit pembicaraan tentang penyair Chairil Anwar” (Ujung Pandang: Lembaga Penelitian dan Pengembangan Ilmu-Ilmu Sastra, Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin, 1974);
4.      S.U.S. Nababan, “A Linguistic Analysis of the Poetry of Amir Hamzah and Chairil Anwar” (New York, 1976);
5.      Arief Budiman, “Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan” (Jakarta: Pustaka Jawa, 1976);
6.      Robin Anne Ross, Some Prominent Themes in the Poetry of Chairil Anwar, Auckland, 1976;
7.      H.B. Jassin, “Chairil Anwar, pelopor Angkatan ’45, disertai kumpulan hasil tulisannya”, (Jakarta: Gunung Agung, 1983);
8.      Husain Junus, “Gaya bahasa Chairil Anwar” (Manado: Universitas Sam Ratulangi, 1984);
9.      Rachmat Djoko Pradopo, “Bahasa puisi penyair utama sastra Indonesia modern” (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985);
10.  Sjumandjaya, “Aku: berdasarkan perjalanan hidup dan karya penyair Chairil Anwar (Jakarta: Grafitipers, 1987);
11.  Pamusuk Eneste, “Mengenal Chairil Anwar” (Jakarta: Obor, 1995);
12.  Zaenal Hakim, “Edisi kritis puisi Chairil Anwar” (Jakarta: Dian Rakyat, 1996).
Referensi:
Author : Rony Wijaya



2.     Sapardi Djoko Damono Sastrawan Angkatan 60-an
Sapardi Djoko Damono

·                     Nama lahir: Sapardi Djoko Damono
·                     Lahir: 20 Maret 1940 Surakarta, Jawa Tengah
·                     Pekerjaan: Sastrawan, Guru besar
·                     Tahun aktif: 1958 - sekarang

Sapardi Djoko Damono adalah seorang Sastrawan, mantan Dekan Fakultas Sastra UI. Sejak tahun 1957 beliau aktif menulis sajak, penerjemah, juri pelbagai sayembara penulisan, lomba baca puisi, dan festival teater.

Sapardi juga menerbitkan belasan buku kumpulan sajak sejak 1969 hingga saat ini. Beberapa di antaranya, 'Duka-Mu Abadi', 'Mata Pisau', 'Akuarium' dan yang terbaru 'Melipat Jarak dan Babad'. Sajak-sajaknya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Hindi, Jepang, Tiongkok, Prancis, Inggis, dan lainnya. Sajak-sajak peraih berbagai penghargaan di bidang sastra ini juga telah dikutip untuk undangan pernikahan, kalender, poster, t-shirt, blocknote, bahkan sajak-sajak Sapardi telah dimusikalisasi dan diadopsi menjadi film.


Riwayat hidup

Masa mudanya dihabiskan di Surakarta (lulus SMP Negeri 2 Surakarta tahun 1955 dan SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958). Pada masa ini ia sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sejak tahun 1974 ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, namun kini telah pensiun. Ia pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadi guru besar. Pada masa tersebut ia juga menjadi redaktur pada majalah "Horison", "Basis", dan "Kalam".

Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan. Pada tahun 1986 SDD mendapatkan anugerah SEA Write Award. Ia juga penerima Penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar. Ia menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.


Karya-karya

Sajak-sajak SDD, begitu ia sering dijuluki, telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah. Ia tidak saja menulis puisi, namun juga cerita pendek. Selain itu, ia juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, menulis esei, serta menulis sejumlah kolom/artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola. Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari. Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkan musikalisasi terhadapnya. Yang terkenal terutama adalah oleh Reda Gaudiamo dan Tatyana (tergabung dalam duet "Dua Ibu"). Ananda Sukarlan pada tahun 2007 juga melakukan interpretasi atas beberapa karya SDD.


Karya-karya SDD (berupa kumpulan puisi), serta beberapa esei.

Fiksi (Puisi dan Prosa)

·                     "Duka-Mu Abadi", Bandung (1969)
·                     "Lelaki Tua dan Laut" (1973; terjemahan karya Ernest Hemingway)
·                     "Mata Pisau" (1974)
·                     "Sepilihan Sajak George Seferis" (1975; terjemahan karya George Seferis)
·                     "Puisi Klasik Cina" (1976; terjemahan)
·                     "Lirik Klasik Parsi" (1977; terjemahan)
·                     "Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak" (1982, Pustaka Jaya)
·                     "Perahu Kertas" (1983)
·                     "Sihir Hujan" (1984; mendapat penghargaan Puisi Putera II di Malaysia)
·                     "Water Color Poems" (1986; translated by J.H. mcglynn)
·                     "Suddenly the night: the poetry of Sapardi Djoko Damono" (1988; translated by J.H. mcglynn)
·                     "Afrika yang Resah" (1988; terjemahan)
·                     "Mendorong Jack Kuntikunti: Sepilihan Sajak dari Australia" (1991; antologi sajak Australia, dikerjakan bersama R:F: Brissenden dan David Broks)
·                     "Hujan Bulan Juni" (1994)
·                     "Black Magic Rain" (translated by Harry G Aveling)
·                     "Arloji" (1998)
·                     "Ayat-ayat Api" (2000)
·                     "Pengarang Telah Mati" (2001; kumpulan cerpen)
·                     "Mata Jendela" (2002)
·                     "Ada Berita Apa hari ini, Den Sastro?" (2002)
·                     "Membunuh Orang Gila" (2003; kumpulan cerpen)
·                     "Nona Koelit Koetjing: Antologi cerita pendek Indonesia periode awal (1870an - 1910an)" (2005; salah seorang penyusun)
·                     "Mantra Orang Jawa" (2005; puitisasi mantera tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia)
·                     "Before Dawn: the poetry of Sapardi Djoko Damono" (2005; translated by J.H. mcglynn)
·                     "Kolam" (2009; kumpulan puisi)
·                     "Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita" (2012)
·                     "Namaku Sita" (2012; kumpulan puisi)
·                     "The Birth of I Lagaligo" (2013; puitisasi epos "I La Galigo" terjemahan Muhammad Salim, kumpulan puisi dwibahasa bersama John mcglynn)
·                     "Hujan Bulan Juni: Sepilihan Sajak" (edisi 1994 yang diperkaya dengan sajak-sajak sejak 1959, 2013; kumpulan puisi)
·                     "Trilogi Soekram" (2015; novel)
·                     "Hujan Bulan Juni" (2015; novel)
Selain menerjemahkan beberapa karya Kahlil Gibran dan Jalaluddin Rumi ke dalam bahasa Indonesia, Sapardi juga menulis ulang beberapa teks klasik, seperti Babad Tanah Jawa dan manuskrip I La Galigo.


Musikalisasi Puisi

Musikalisasi puisi karya SDD dimulai pada tahun 1987 ketika beberapa mahasiswanya membantu program Pusat Bahasa, membuat musikalisasi puisi karya beberapa penyair Indonesia, dalam upaya mengapresiasikan sastra kepada siswa SLTA. Saat itulah tercipta musikalisasi Aku Ingin oleh Ags. Arya Dipayana dan Hujan Bulan Juni oleh H. Umar Muslim. Kelak, Aku Ingin diaransemen ulang oleh Dwiki Dharmawan dan menjadi bagian dari "Soundtrack Cinta dalam Sepotong Roti" (1991), dibawakan oleh Ratna Octaviani.

Beberapa tahun kemudian lahirlah album "Hujan Bulan Juni" (1990) yang seluruhnya merupakan musikalisasi dari sajak-sajak Sapardi Djoko Damono. Duet Reda Gaudiamo dan Ari Malibu merupakan salah satu dari sejumlah penyanyi lain, yang adalah mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Album "Hujan Dalam Komposisi" menyusul dirilis pada tahun 1996 dari komunitas yang sama.

Sebagai tindak lanjut atas banyaknya permintaan, album "Gadis Kecil" (2006) diprakarsai oleh duet Dua Ibu, yang terdiri dari Reda Gaudiamo dan Tatyana dirilis, dilanjutkan oleh album "Becoming Dew" (2007) dari duet Reda dan Ari Malibu. Ananda Sukarlan pada Tahun Baru 2008 juga mengadakan konser kantata "Ars Amatoria" yang berisi interpretasinya atas puisi-puisi SDD serta karya beberapa penyair lain.


Nonfiksi

·                     "Sastra Lisan Indonesia" (1983), ditulis bersama Subagio Sastrowardoyo dan A. Kasim Achmad. Seri Bunga Rampai Sastra ASEAN.
·                     "Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan"
·                     "Dimensi Mistik dalam Islam" (1986), terjemahan karya Annemarie Schimmel "Mystical Dimension of Islam", salah seorang penulis.
·                     "Jejak Realisme dalam Sastra Indonesia" (2004), salah seorang penulis.
·                     "Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas" (1978).
·                     "Politik ideologi dan sastra hibrida" (1999).
·                     "Pegangan Penelitian Sastra Bandingan" (2005).
·                     "Babad Tanah Jawi" (2005; penyunting bersama Sonya Sondakh, terjemahan bahasa Indonesia dari versi bahasa Jawa karya Yasadipura, Balai Pustaka 1939).
·                     "Bilang Begini, Maksudnya Begitu" (2014), buku apresiasi puisi.

Habibie Award XVIII tahun 2016

Yayasan Pembinaan, Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Ilmu Pengetahuan (SDM-Iptek) yang didirikan Presiden RI ke-3, BJ Habibie memberikan penghargaan Habibie Award XVIII tahun 2016, Rabu (5/10) kepada Empat ilmuwan yang dinilai berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan Indonesia. Salah satu ilmuwan tersebut adalah Sapardi Djoko Damono. Sapardi Djoko Damono memperoleh Habibie Award tahun ini untuk bidang Kebudayaan.


Sumber: 
Wikipedia




3.   Andrea Hirata Sastrawan Angkatan 2000-an

Infobiografi.Com – Andrea Hirata merupakan salah satu novelis terkemuka di Indonesia, Ia merupakan seorang penulis novel Laskar Pelangi yang pernah di filmkan pada tahun 2008. Andrea Hirata merupakan anak keempat dari pasangan Seman Said Harunayah dan NA Masturah yang lahir pada 24 Oktober 1967 di Gantung, Belitung Timur, Bangka Belitung dengan nama lahir Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun.

Profil Singkat

Nama Lengkap : Andrea Hirata
Alias : Andrea Hirata Seman Said Harun
Lahir : Gantung, Belitung Timur, Bangka Belitung, 24 Oktober 1967
Profesi : Sastrawan
Agama : Islam
Nama Orang tua
Ayah : Seman Said Harunayah
Ibu : NA Masturah

Profil Kehidupan Andrea Hirata 

Masa Kecil dan Pendidikan Andrea Hirata
Andrea tumbuh dalam keluarga miskin yang berempat tinggal tidak jauh dari pertambangan timah milik pemerintah yaitu PN Timah (Sekarang PT Timah Tbk.). Semasa kecil, orang tua Andrea Hirata mengubah nama Andrea yang lahir Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun hingga 7 kali hingga akhirnya ia diberi nama Andrea Hirata dengan nama lengkap Andrea Hirata Seman Said Harun sewaktu menginjak masa remaja.
Andrea Hirata menempuh pendidikan Sekolah Dasarnya di SD Muhammadiyah (Yang ia ceritakan dalam novel Laskar Pelangi), kondisi sekolah tersebut sangat mengenaskan bahkan hampir roboh namun disekolah itu Andrea bertemu dengan Laskar Pelangi yaitu srbutan untuk para sahabatnya. Setelah menamatkan pendidkan dikampung halamannya hingga SMA, Ia yang berkeinginan kuat untuk menempuh pendidikan ke perguruan tinggi dan juga menjadi penulis, Ia merantau ke Jakarta.
Dengan penuh perjuangan, Andrea berhasil masuk ke Universitas Indonesia di Fakultas Ekonomi, setelah lulus dari UI, Andrea kemudian mendapatkan beasiswa Uni ropa untuk studi Master of Science di Université de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom.
Tesis Andrea dalam bidang ekonomi telekomunikasi mendapatkan pengahrgaan dari kedua Universitas tersebut dan Ia pun lulus dengan nilai cumlaude.
Bertemu  Bu Muslimah
Saat bersekolah di SD Muhammadiyah, Andrea bertemu dengan guru yang sangat istimewa bernama Bu Muslimah yang akrab di panggil dengan Bu Mus, Bu Mus yang dengan gigih dan semangat mengajari muridnya yang berjumlah tidak lebih dari 11 orang itu sangatlah berarti bagi kehidupan Andrea karena motivasi dari Bu Mus, Andrea mengalami perubahan dalam hidupnya.
Sebenarnya masih banyak sekolah lain yang layak selain SD Muhammadiyah, tapi karena keterbatasan ekonomi keluarga dan sang ayah yang hanya pegawai rendahan membuat Andrea tidak berhak untuk masuk di sekolah lain tersebut.
Peran Bu Mus memotivasi Andrea untuk menulis, pada saat masih duduk si bangku kelas 3 Andrea bertekad agar dapat menulis cerita mengenai perjuangan Bu Muslimah.
Menjadi Penulis Novel Terkenal
Pada tahun 1997, Andrea resmi menjadi pegawai PT. Telkom. Niat untuk membuat tulisan tentang inspiratornya kembali memuncak saat ia menjadi relawan saat tsunami Aceh. Kemudian pada tahun 2005, Andrea berhasil merilis novel pertamanya yaitu Laskar Pelangi yang Ia tulis hanya dalam waktu 3 minggu saja.
Pada awalnya Andrea tidak berniat mempublikasikan novel tersebut namun tetap saja sampai ke tangan penerbit. Namanya semakin melejit akibat novel Laskar pelangi tersebut, hingga Ia mendapatkan berbagai penghargaan seperti Khatulistiwa Literaly Award (KLA) pada tahun 2007, Aisyiyah Award, Paramadina Award, Netpac Critics Award, dan lain sebagainya.

Penghargaan Andrea Hirata

Selama 8 tahun belakangan Andrea mendapatkan penghargaan karena kontribusinya di sastra internasional, berkat novel pertama Andrea Hirata ‘Laskar Pelangi’ telah diterjemahkan ke dalam 34 bahasa asing dan diterbitkan di lebih dari 130 negara oleh penerbit-penerbit terkemuka.

Novel Karya Andrea Hirata

  • Laskar Pelangi (2005)
  • Sang Pemimpi (2006)
  • Edensor (2007)
  • Maryamah Karpov
  • Padang Bulan & Cinta di Dalam Gelas (2010)
  • Sebelas Patriot (2011)
  • Laskar Pelangi Song Book (2012)
  • Ayah (2015)


Share: Biant Scout

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biodata Diri

Foto saya
Kota Surabaya, Surabaya, Indonesia
Lesbianto

RACANA PRAMUKA

Pendidikan Kepramukaan "Satya dan Dharma Pramuka"

Pendidikan kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pe...

Disiplin

Cerminan diri

Cari Blog Ini blogbiant.blogspot.com

Club Sepak Bola

Sepak Bola Chelsea Club and Real Madrid FC.

Populer

Pramuka ABC

Ikhlas Bhakti Bina Bangsa Berbudi Bawa Laksana
#Bung Hatta Cut Meutea

Postingan Terbaru

Iqro' bismi robbikalladzi kholaq

(Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu)

Cinta Simpul Mati

Asmara Tunas Kelapa

Pendidikan

Belajar Belajar Belajar dan Mengajar...